Pengajian Ahad Pagi di Ponpes Itqanul Alquran Alsalamaniyah Boyolali: Menghidupkan Ruh Sholat dari Rukun Takbiratul Ihram

Boyolali, 27 Juli 2025 —
Ahad pagi di Pondok Pesantren Itqanul Alquran Alsalamaniyah Boyolali dimulai dengan suasana penuh kekhusyukan. Jamaah santri, asatidz, serta masyarakat sekitar berkumpul sejak pagi untuk mengikuti mujahadah bersama, dipimpin langsung oleh dua tokoh utama pesantren: Prof. DR. KH. Abdul Matin bin Salman, Lc., M.Ag., dan Kyai Syahirul Alim, S.Ag., Al-Hafidz. Suara lantunan dzikir dan doa menjadi pembuka yang menyejukkan hati sebelum masuk ke sesi pengajian rutin.

Mengkaji Fikih Sholat Bersama Ulama Fikih Kontemporer

Pengajian dilanjutkan dengan ngaji fikih, membahas Bab Sholat dari kitab Al-Kitāb: Fiqh al-‘Ibādāt ‘alā al-Madhhab al-Shāfi‘ī, karya ulama perempuan kenamaan, al-Ḥājjah Durriyyah al-‘Aīṭah. Kajian dipandu langsung oleh Prof. KH. Abdul Matin bin Salman, yang dikenal luas sebagai pakar fikih dan dosen di berbagai lembaga keilmuan Islam.

Pagi ini, fokus kajian mengerucut pada salah satu rukun sholat yang paling mendasar namun sering kali diremehkan, yaitu takbiratul ihram.

Takbiratul Ihram: Gerbang Suci Menuju Dialog dengan Tuhan

Dalam pemaparannya, Kiai Abdul Matin menjelaskan bahwa takbiratul ihram disebut demikian karena menjadi batas antara aktivitas dunia dan kesucian ibadah sholat. Setelah seseorang mengucapkan “Allahu Akbar” dalam takbiratul ihram, maka segala aktivitas yang semula halal—berbicara, makan, bergerak bebas—menjadi haram dilakukan hingga sholat ditutup dengan salam.

Takbir ini bukan sekadar pembuka formalitas, tapi menjadi pintu masuk ke dalam wilayah sakral yang hanya boleh diisi oleh ketundukan total kepada Allah SWT. Sholat yang sah harus dimulai dengan takbiratul ihram yang benar—baik dari segi lafal, niat, maupun pelaksanaannya.

Nabi Menyuruh Mengulang Sholat: Pentingnya Memahami Rukun

Dalam sesi ini, Prof. Matin juga mengisahkan sebuah riwayat terkenal: seorang laki-laki yang sholat di hadapan Nabi Muhammad ﷺ kemudian dipanggil dan diminta mengulangi sholatnya tiga kali berturut-turut. Setelah ketiga kalinya, barulah Rasulullah mengajarkan cara sholat yang benar—karena ternyata rukun-rukunnya belum dipenuhi dengan baik sebelumnya.

Riwayat ini menjadi peringatan penting bagi umat Islam agar tidak meremehkan setiap gerakan dan bacaan dalam sholat. Menunaikan sholat bukan sekadar menggugurkan kewajiban, tetapi membangun hubungan spiritual yang benar dan sesuai dengan tuntunan Rasulullah ﷺ.

Penutup: Menguatkan Dasar, Menyempurnakan Ibadah

Pengajian Ahad pagi ini menjadi pengingat betapa pentingnya memahami fikih ibadah secara mendalam, mulai dari hal-hal yang terlihat sederhana namun menyimpan makna mendalam seperti takbiratul ihram. Diharapkan, dari pondasi yang kuat ini, kualitas ibadah umat bisa terus meningkat.

Semoga kajian ini membawa keberkahan dan semangat baru dalam memperbaiki sholat kita, dari rukun yang pertama hingga salam terakhir. Mari kita jaga kemurnian ibadah dengan ilmu dan kesadaran.