Abdul Matin Bin Salman

Segala puji bagi Allah Subḥānahu wa Ta‘ālā, Dzat yang memperbaiki hati orang-orang saleh dengan rahmat dan kelembutan-Nya. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad ﷺ, suri teladan yang membimbing hati manusia menuju cahaya iman, serta kepada keluarga dan para sahabat beliau yang mulia. Dalam pandangan Islam, hati bukan sekadar bagian dari tubuh, melainkan pusat kehidupan rohani manusia. Rasulullah ﷺ bersabda: “Ketahuilah, di dalam jasad manusia ada segumpal daging. Apabila ia baik, maka baiklah seluruh jasad; dan apabila ia rusak, maka rusaklah seluruh jasad. Ketahuilah, itulah hati.” (HR. al-Bukhārī dan Muslim). Dari sinilah kita memahami bahwa kebaikan seseorang berawal dari kebersihan hatinya, dan keburukan muncul dari hati yang rusak.
Namun, hati manusia sangat lembut dan mudah berubah. Karena itu, Rasulullah ﷺ sering berdoa, “Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati, tetapkanlah hatiku di atas agama-Mu.” Doa ini menunjukkan betapa pentingnya menjaga hati agar tetap hidup di jalan kebenaran. Dalam Al-Qur’an, Allah membedakan hati manusia menjadi tiga jenis: hati yang selamat, hati yang mati, dan hati yang sakit. Hati yang selamat adalah hati yang bersih dan hidup dengan iman. Hati yang mati adalah hati yang tertutup dari kebenaran, sedangkan hati yang sakit berada di antara keduanya — hidup, namun lemah dan mudah tergoda.
Penyakit hati sering muncul dari dua sumber: syahwat dan syubhat. Syahwat membuat manusia terjerat oleh hawa nafsu, sementara syubhat menjerumuskannya ke dalam keraguan terhadap kebenaran. Rasulullah ﷺ menggambarkan bahwa fitnah-fitnah dunia datang kepada hati seperti anyaman tikar yang datang satu demi satu. Hati yang menolak fitnah akan menjadi semakin bersih, sedangkan hati yang menerimanya akan menjadi gelap hingga tak lagi mampu mengenali kebenaran.
Para ulama menggambarkan dosa sebagai racun bagi hati. Dosa tidak selalu mematikan seketika, tetapi pasti melemahkannya. Karena itu, manusia perlu terus membersihkan dirinya dengan tobat, amal saleh, dan dzikir. Dalam sebuah syair indah, ‘Abdullāh bin al-Mubārak berkata:
“Kulihat dosa mematikan hati, dan kebiasaan berbuat dosa mendatangkan kehinaan. Meninggalkan dosa adalah kehidupan bagi hati, dan sebaik-baik jalan adalah melawan hawa nafsu.”
Hati yang bersih tidak akan bisa diperoleh tanpa iman yang kuat. Iman yang benar kepada Allah, disertai kecintaan kepada-Nya dan keikhlasan dalam beramal, adalah kunci utama kehidupan hati. Al-Qur’an menjadi obat bagi hati yang lemah. Allah berfirman: “Wahai manusia, sungguh telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu, penyembuh bagi apa yang ada di dalam dada, petunjuk, dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (QS. Yūnus: 57).
Maka dari itu, memperbanyak membaca dan mentadabburi Al-Qur’an adalah salah satu cara terbaik untuk menghidupkan hati. Demikian pula dengan dzikir dan doa. Rasulullah ﷺ bersabda: “Perumpamaan orang yang berdzikir kepada Tuhannya dan yang tidak berdzikir adalah seperti orang hidup dan orang mati.” (HR. Muslim). Dzikir membuat hati tenang, sementara doa menjaga hati agar tetap terarah kepada Allah.
Dalam kehidupan umat, kerusakan hati sering menjadi sumber dari segala keburukan — dari kebencian, perpecahan, hingga kesombongan. Rasulullah ﷺ mengajarkan tiga perkara yang akan membersihkan hati: keikhlasan dalam beramal kepada Allah, menasihati pemimpin kaum muslimin, dan berpegang teguh pada jamaah kaum muslimin. Siapa yang memegang tiga hal ini, hatinya akan dijaga dari penyakit dengki dan kebohongan.
Hati yang hidup akan membuat pemiliknya tenang menghadapi dunia dan sabar dalam ujian. Hati seperti inilah yang membawa manusia menuju kebahagiaan sejati, bukan karena harta atau kedudukan, tetapi karena kedekatannya dengan Allah. Firman-Nya: “Orang-orang yang beriman dan hati mereka tenteram dengan mengingat Allah; ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.” (QS. ar-Ra‘d: 28).
Maka, mari kita terus memperbaiki hati. Menjaganya dari iri, dengki, dan kesombongan. Mengisinya dengan iman, ikhlas, dan cinta kepada Allah. Karena hati yang bersih adalah sumber segala kebaikan, dan hanya dengan hati yang selamatlah seseorang akan diterima di sisi-Nya.
Semoga Allah Ta‘ālā menjadikan hati kita lembut dalam menerima nasihat, kuat dalam menghadapi cobaan, dan teguh di atas jalan iman. Āmīn yā Rabbal ‘ālamīn.