Lukisan Senja: Cahaya Harapan di Penghujung Usia

Di bawah lembayung senja yang memeluk langit dengan nuansa jingga nan menenangkan, ada sebuah kisah yang menyentuh hati. Ini bukan tentang gemerlap masa muda, melainkan tentang mereka yang telah melewati ribuan fajar dan senja. Para lansia di Pondok Pesantren Itqan Al-Qur’an Al-Salmaniyyah, Teras, Boyolali, menunjukkan bahwa usia senja bukanlah akhir perjalanan, melainkan awal dari babak baru yang penuh makna.

Setiap sore menjelang waktu Maghrib, langkah-langkah perlahan namun pasti membawa mereka ke masjid pondok pesantren. Usai shalat berjamaah dengan khusyuk, mereka membuka buku panduan Al-Qur’an yang menjadi teman setia dalam perjalanan spiritual mereka. Huruf demi huruf hijaiyah diikuti dengan tekun, dibantu stik penunjuk yang sederhana namun penuh arti. Meski usia telah menyentuh 80 tahun atau lebih, mereka tetap membaca tanpa bantuan kacamata. Sebuah anugerah luar biasa dari Sang Pencipta yang membuat mata mereka tetap tajam, seolah melawan waktu.

Perjalanan ini penuh ketekunan. Mereka belajar mulai dari mengenal huruf hijaiyah hingga memahami tajwid, dari melafalkan ayat-ayat suci hingga menyelami maknanya. Setiap kata yang mereka lafalkan adalah doa, setiap nafas mereka adalah dzikir, dan setiap usaha mereka adalah persembahan cinta kepada Allah SWT. “Kami mungkin sudah tua, tetapi semangat kami untuk belajar tidak pernah padam,” ujar Mbah Ngatiyem, salah satu peserta, dengan penuh keyakinan.

Semangat mereka tak pernah goyah, bahkan ketika hujan deras turun atau angin dingin menerpa langkah. “Lebih baik kami basah kuyup dan bersusah payah untuk hadir, daripada harus menyesal di akhirat kelak,” ujar Pak Boedi, koordinator kegiatan ngaji lansia. “Langkah ini adalah bukti kami di hadapan Allah dan para Malaikat-Nya bahwa kami telah berusaha mendekati Al-Qur’an sekuat tenaga.”

Pondok Pesantren Itqan Al-Qur’an Al-Salmaniyyah telah menjadi tempat mereka melukis senja dengan warna-warna harapan dan keindahan. Di sini, usia senja bukan lagi tentang akhir perjalanan, melainkan tentang bagaimana mengisi waktu dengan ilmu, ibadah, dan makna. Mereka menunjukkan kepada dunia bahwa produktivitas di usia lanjut bukanlah tentang pekerjaan duniawi semata, melainkan tentang persiapan bertemu Sang Khalik dengan bekal yang terbaik.

“Senja adalah waktu untuk merenung dan mensyukuri, bukan untuk menyerah,” lanjut Pak Boedi dengan senyum penuh harapan. “Belajar Al-Qur’an bagi kami adalah cara untuk mengisi hari-hari dengan keindahan dan mendekat kepada Allah.”

Kisah ini adalah pelajaran bagi kita semua. Bahwa seperti senja, setiap detik kehidupan adalah kesempatan untuk menorehkan keindahan yang abadi. Dan ketika malam akhirnya tiba, mereka tak takut. Karena mereka yakin, di balik senja yang indah ini, ada fajar baru yang menanti untuk menyinari perjalanan selanjutnya.

Lukisan senja ini tidak hanya meninggalkan jejak indah bagi mereka yang menjalaninya, tetapi juga bagi kita yang menyaksikannya. Bahwa usia senja bukanlah titik akhir, melainkan jalan baru menuju keabadian yang penuh cahaya. Dengan cinta, ilmu, dan pengabdian kepada Allah, mereka telah menciptakan lukisan kehidupan yang memancarkan cahaya hingga ke akhir perjalanan. Donasi pembangunan masjid dan asrama santri melalui Rekening:

BRI:

0182-01-001074-56-1 a.n: Yayasan Ibnu Salman Center

BSI: 5522552218

a.n: Yayasan Ibnu Salman Center

Hubungi Kami:

Kyai Syahirul ( 0812-2870-5229)

Kyai Mahmud (857-4260-8741)