Belajar Tawakkal dan Tenang dari Seekor Burung

Abdul Matin Bin Salman

Ada masa di mana kita lelah menatap hidup yang terasa semakin tidak menentu. Kita berusaha sekuat tenaga, merancang rencana, berlari dari satu target ke target lain, namun hati tetap saja gelisah. Seolah dunia ini makin cepat berputar, tapi jiwa kita makin tertinggal, haus akan ketenangan. Di tengah kelelahan batin itu, ada satu sabda Rasulullah yang begitu lembut, menyentuh hati siapa pun yang mau berhenti sejenak dan merenunginya. Sabda yang sangat luar biasa sederhana, tapi dalamnya tak terukur, karena di dalamnya tersimpan rahasia tentang tawakal yang menenangkan. Nabi kita telah bersabda:

عن عمر بن الخطاب رضي الله عنه قال: إنه سمع نبي الله صلى الله عليه وسلم يقول :لَوْأَنَّكُمْ تَتَوَكَّلُونَ عَلَى اللهِ حَقَّ تَوَكُّلِهِ، لَرَزَقَكُمْ كَمَا يَرْزُقُ الطَّيْرَ، تَغْدُو خِمَاصًا وَتَرُوحُ بِطَانًا»)صحيح(- [رواه الترمذي وابن ماجه وأحمد] – )مسند أحمد: 205(

Umar bin al-Khaṭṭāb berkata: Aku mendengar Nabi bersabda: Seandainya kalian bertawakal kepada Allah dengan sebenar-benarnya tawakal, niscaya Allah akan memberi rezeki kepada kalian sebagaimana Dia memberi rezeki kepada burung; ia pergi di pagi hari dalam keadaan perut kosong dan kembali sore hari dalam keadaan kenyang.

Menurut pandangan para ulama, hadis ini, bukan sekadar mengajarkan tentang rezeki, tapi tentang bagaimana jiwa seorang mukmin seharusnya hidup, tenang dalam usaha, teguh dalam kepercayaan, dan lembut dalam pasrah. Manusia dituntut untuk bertawakal sepenuhnya kepada Allah, yakni menggantungkan seluruh urusan kepada-Nya dengan keyakinan yang bulat, namun tidak meninggalkan sebab-sebab yang Allah syariatkan. Tawakal sejati bukan berarti diam tanpa ikhtiar, tapi berjalan di bumi dengan hati yang bergantung di langit. Rasulullah sendiri mengajarkan keseimbangan itu dalam sabdanya: Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada mukmin yang lemah, dan pada keduanya ada kebaikan. Bersemangatlah terhadap hal yang bermanfaat bagimu, mintalah pertolongan kepada Allah, dan jangan lemah., (HR. Muslim) Perhatikan, bersemangatlah terhadap hal yang bermanfaat bagimu adalah perintah untuk berusaha. Sedangkan mintalah pertolongan kepada Allah adalah inti tawakal. Dua hal ini tak boleh dipisahkan: usaha dan bersandar kepada Allah.

Pelajaran dari Seekor Burung

Burung tidak berdiam diri di sarangnya menunggu rezeki turun dari langit. Ia terbang di pagi hari, tughdu khimāṣan, perutnya kosong, namun dadanya penuh harap kepada Allah. Ia menempuh perjalanan, menyisir ranting dan ladang, menggantungkan hidupnya sepenuhnya pada kehendak Sang Pencipta. Dan saat senja tiba, ia pulang dengan perut kenyang, tarūḥu biṭānan. Bukan karena sayapnya kuat, bukan karena ia tahu di mana makanan berada, tapi karena Allah yang menggerakkan langkahnya dan menuntun rezekinya. Itulah hakikat tawakal: Mengambil sebab, tapi tidak bergantung pada sebab. Bekerja, tapi hati tidak menggantung pada hasil kerja. Berdoa, lalu menyerahkan hasilnya kepada Allah yang Maha Menentukan. 

Berapa banyak di antara kita yang ingin seperti burung itu, tenang, ringan, tidak dikejar-kejar ketakutan tentang masa depan. Namun sering kali kita justru seperti manusia yang kehilangan arah: takut gagal, cemas kehilangan, sibuk mengatur nasib sendiri seolah dunia berjalan tanpa pengatur. Padahal Rasulullah telah menenangkan hati kita lewat sabdanya kepada Ibnu ‘Abbās: Ketahuilah, jika seluruh manusia berkumpul untuk memberi manfaat kepadamu, mereka tidak akan mampu memberikannya kecuali sesuatu yang telah Allah tetapkan bagimu. Dan jika mereka berkumpul untuk mencelakakanmu, mereka tidak akan mampu melakukannya kecuali sesuatu yang telah Allah tetapkan menimpamu. Pena telah diangkat dan tinta telah kering. (HR. Tirmidzi) Maka ketenangan sejati bukan ketika semua rencana berjalan sesuai keinginan, melainkan ketika hati ridha meski rencana berubah karena yakin bahwa Allah tidak pernah salah dalam menulis takdir. 

Seekor burung tidak menunda terbang karena takut tidak menemukan makanan. Ia terbang karena percaya. Begitu pula seorang mukmin: ia melangkah, bukan karena yakin akan hasil, tapi karena yakin bahwa Allah selalu bersamanya. Ambillah sebab, tapi jangan bergantung padanya. Usahakan, tapi jangan resahkan hasilnya. Karena semua yang datang, datang dengan izin Allah; dan semua yang pergi, pergi dengan hikmah Allah.

اللَّهُمَّ اجْعَلْنَا مِنَ الْمُتَوَكِّلِينَ عَلَيْكَ حَقَّ التَّوَكُّلِ،  وَمِنَ الرَّاضِينَ بِقَضَائِكَ، وَارْزُقْنَا يَقِيناً يُهَوِّنُ عَلَيْنَا كُلَّ هَمٍّ وَغَمٍّ.

Ya Allah, jadikan kami hamba-hamba yang benar-benar bertawakal kepada-Mu, yang ridha atas segala keputusan-Mu, dan karuniakan kepada kami keyakinan yang menenangkan setiap resah dan duka. Sebab, hati yang bertawakal adalah hati yang merdeka, tak diikat oleh ketakutan dunia, karena ia telah bersandar pada Tuhan semesta alam.